Pisowanan Ageng
Sultan Maju sebagai Calon Presiden
Rabu, 29 Oktober 2008, 03:00 WIB
Yogyakarta, Kompas - Raja Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X menyatakan diri akan maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Umum 2009. Pernyataan itu diungkapkan dalam pidato selama dua menit di forum Pisowanan Ageng. Tim independen yang terdiri atas politisi, budayawan, hingga seniman mengaku akan segera menggalang dukungan bagi Sultan.
”Dengan mohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan niat yang tulus memenuhi panggilan kepada Ibu Pertiwi, dengan ini saya menyatakan siap maju menjadi Presiden 2009,” ujar Sultan di atas podium diiringi tepuk tangan meriah lebih dari 200.000 orang yang memadati Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta serta jalan-jalan di kawasan keraton, Senin (27/10).
Dalam jumpa pers yang digelar seusai Pisowanan Ageng, Sultan mengatakan, keputusan untuk maju ke kancah nasional sudah melewati perenungan pribadi serta mempertimbangkan masukan dari keluarga. ”Saya ingin mengabdi bukan untuk mencari kekuasaan. Kalau Saudara ingin berubah, mari bersama saya melakukan perubahan. Saya ingin perubahan,” kata Sultan.
Sultan mengaku semakin tidak tahan melihat penderitaan rakyat. Selama 10 tahun setelah reformasi, tidak ada perubahan fundamental untuk kesejahteraan masyarakat maupun terbentuknya pemerintahan yang akuntabel. Kemiskinan dan pengangguran semakin marak dan bangsa tidak bisa kompetitif menatap masa depan. Dalam kesempatan itu, Sultan menegaskan siap kalah dalam pertarungan politik.
Kesediaan Sultan untuk maju dalam kancah politik nasional didorong oleh tingginya aspirasi dari masyarakat. Terkait kendaraan politik yang akan digunakan, Sultan masih menunggu pengesahan Rancangan Undang-Undang tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Sultan belum menentukan kriteria calon wakil presiden karena harus menunggu kristalisasi dalam proses politik.
Pisowanan Ageng, menurut Sultan, merupakan wujud demokrasi langsung yang tidak sekadar demokrasi prosedural. Masyarakat tidak sekadar menjadi obyek, tetapi subyek. Forum Pisowanan Ageng dihadiri berbagai elemen masyarakat, mulai dari partai politik, akademisi, budayawan, hingga masyarakat dari pelosok desa. Sebanyak 47 raja Nusantara batal hadir karena sempat terjadi kesalahpahaman.
Pengamat budaya dan pengajar program pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, G Budi Subanar, menuturkan, Pisowanan Ageng yang meminta Sultan bersedia maju sebagai capres merupakan budaya politik baru di Indonesia. Kepemimpinan nasional atau pencapresan selama ini didikte dari pusat oleh elite-elite politik, sedangkan pencapresan Sultan datang dari bawah berdasarkan kehendak masyarakat.
Pengamat ekonomi, Christianto Wibisono, mengatakan, sebagai calon presiden, Sultan harus bisa membangun kepercayaan pasar. Kepercayaan pasar kepada pemerintah merupakan kunci memperbaiki ekonomi dan mengatasi ancaman kesulitan ekonomi sebagai dampak krisis global. Selain itu, harus bisa membangun pemerintahan yang lepas dari konflik kepentingan akibat peran ganda penguasa dan pengusaha. (rwn/wkm)
Sultan Maju sebagai Calon Presiden
Rabu, 29 Oktober 2008, 03:00 WIB
Yogyakarta, Kompas - Raja Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X menyatakan diri akan maju sebagai calon presiden pada Pemilihan Umum 2009. Pernyataan itu diungkapkan dalam pidato selama dua menit di forum Pisowanan Ageng. Tim independen yang terdiri atas politisi, budayawan, hingga seniman mengaku akan segera menggalang dukungan bagi Sultan.
”Dengan mohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Esa dan dengan niat yang tulus memenuhi panggilan kepada Ibu Pertiwi, dengan ini saya menyatakan siap maju menjadi Presiden 2009,” ujar Sultan di atas podium diiringi tepuk tangan meriah lebih dari 200.000 orang yang memadati Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta serta jalan-jalan di kawasan keraton, Senin (27/10).
Dalam jumpa pers yang digelar seusai Pisowanan Ageng, Sultan mengatakan, keputusan untuk maju ke kancah nasional sudah melewati perenungan pribadi serta mempertimbangkan masukan dari keluarga. ”Saya ingin mengabdi bukan untuk mencari kekuasaan. Kalau Saudara ingin berubah, mari bersama saya melakukan perubahan. Saya ingin perubahan,” kata Sultan.
Sultan mengaku semakin tidak tahan melihat penderitaan rakyat. Selama 10 tahun setelah reformasi, tidak ada perubahan fundamental untuk kesejahteraan masyarakat maupun terbentuknya pemerintahan yang akuntabel. Kemiskinan dan pengangguran semakin marak dan bangsa tidak bisa kompetitif menatap masa depan. Dalam kesempatan itu, Sultan menegaskan siap kalah dalam pertarungan politik.
Kesediaan Sultan untuk maju dalam kancah politik nasional didorong oleh tingginya aspirasi dari masyarakat. Terkait kendaraan politik yang akan digunakan, Sultan masih menunggu pengesahan Rancangan Undang-Undang tentang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden. Sultan belum menentukan kriteria calon wakil presiden karena harus menunggu kristalisasi dalam proses politik.
Pisowanan Ageng, menurut Sultan, merupakan wujud demokrasi langsung yang tidak sekadar demokrasi prosedural. Masyarakat tidak sekadar menjadi obyek, tetapi subyek. Forum Pisowanan Ageng dihadiri berbagai elemen masyarakat, mulai dari partai politik, akademisi, budayawan, hingga masyarakat dari pelosok desa. Sebanyak 47 raja Nusantara batal hadir karena sempat terjadi kesalahpahaman.
Pengamat budaya dan pengajar program pascasarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, G Budi Subanar, menuturkan, Pisowanan Ageng yang meminta Sultan bersedia maju sebagai capres merupakan budaya politik baru di Indonesia. Kepemimpinan nasional atau pencapresan selama ini didikte dari pusat oleh elite-elite politik, sedangkan pencapresan Sultan datang dari bawah berdasarkan kehendak masyarakat.
Pengamat ekonomi, Christianto Wibisono, mengatakan, sebagai calon presiden, Sultan harus bisa membangun kepercayaan pasar. Kepercayaan pasar kepada pemerintah merupakan kunci memperbaiki ekonomi dan mengatasi ancaman kesulitan ekonomi sebagai dampak krisis global. Selain itu, harus bisa membangun pemerintahan yang lepas dari konflik kepentingan akibat peran ganda penguasa dan pengusaha. (rwn/wkm)